Sunday, 20 April 2014

Pria pemain hati

Ini adalah cerita tentangku..
Lebih tepatnya tentangku, tentang dia pria yang pernah mengecewakanku  dan beberapa perempuan yang pernah merasakan hal yang sama, dikecewakan oleh pria yang mengecewakanku..

Kamu! Harusnya kamu punya cara sendiri untuk memikatku , memikat kami, tapi kenapa harus seperti ini?
Kamu  dengan begitu mudah menyangkal.  Bahwa Kamu tak merasa  sedikitpun menoreh salah, menoreh luka.
Kamu  juga tak tahu, tak mau tahu, dan kamu berbodoh diri tak merasa membuat kami menjadi merugi seperti ini..

Salahmu adalah membuatku
terbius oleh cumbu manis dari kalimat-kalimat yang kamu lontarkan kepadaku. Itu salahmu..
Begitu juga salahmu kepada yang lain, sama seperti salahmu kepadu.

Mungkin kau hanya berucap. Tak seharusnya aku menyalahkanmu. Harusnya aku melihat diriku dulu.

Tapi aku sudah terlanjur tenggelam dalam candu cintamu!

Aku tau, bagimu Itu hanya salahku.

Bagimu, kenapa aku harus mau jadi beban berat yang mudah tenggelam di air?

Mungkin bagimu Tenggelamku  bukan urusanmu.

Sudah jelas ini urusanmu!
Kau pikir aku ini apa?
Kolam cintamu itu menarikku bagai pasir hisap!


Bagimu  Jelas itu salah kakiku.
Kenapa aku mau mendekati kolam kalau sudah tau pasirnya bisa hisapi rasa.
Menyesal?  “Sesali saja”..  ucapmu pasti begitu…

Bagiku, Jelas ini Memang salahmu, Kau yang pikat aku dan mendorongku ke dalam kolam pasir cintamu. Dan kau tak merasa bersalah?

Katamu: “Saling menyalahkan? Saling menyalahkan itu tak ada guna!”  Ucapmu tanpa sedikitpun melihat diri, melihat luka-luka  kaki bekas terjerembab di situ, di kolam pasir yang sengaja kau biarkan menganga.


Bagiku: permainan katamu  itu memang sangat mampu membuat kaki terjerembab ke kolam pasir hisapmu.


Kamu  bertanya , “mauku apa? meminta balik rasa yang aku  perosokkan sendiri bersama pasir?”

Lalu aku bersitegar bertanya  kepadamu: “Memangnya apa yang kamu pahami dari rinduku selama  ini???
Kamu tak pernah paham tentang rinduku.
Terlalu banyak rerinduan yang kamu ciptakan ke berbagai rasa, kamu sampai bingung rindu yang untukku adalah  permainan yang mana, yang seperti apa. “


Aku tahu,  aku bukan kaki pertama yang terjerembab di kolam pasir hisapmu yang mematikan itu.
Masih banyak kaki-kaki yang kau jerembabkan kesitu.  Bahkan setelah kaki-ku, atau mungkin ada juga kaki-kaki yang secara besama- sama kamu jerembabkan dikolam pasir itu bersamaan dengan  kaki-kaki-ku?  

Sungguh kolam pasirmu  memang  tak tahu malu, tak mau tahu..

Coba pikir,  pantaskah pasir hisapmu terus menerus digunakan seperti itu?
Pantaskah  jika kamu terus-menerus mengecewakan kaki-kaki yang  kamu jerembabkan ke pasir hisapmu yang candu dan mematikan itu?


Kamu tak punya hati, canduku akan  kolam pasirmu akan berakhir  kali ini.

Lalu Kamu  menyudahi  rinduku. Rerinduan yang  berbuah kekecewaan , rerinduan yang terbuang sia-sia…




No comments:

Post a Comment