Ini adalah
cerita tentangku..
Lebih tepatnya tentangku, tentang dia pria
yang pernah mengecewakanku dan beberapa
perempuan yang pernah merasakan hal yang sama, dikecewakan oleh pria yang
mengecewakanku..
Kamu! Harusnya kamu punya cara sendiri untuk
memikatku , memikat kami, tapi kenapa harus seperti ini?
Kamu
dengan begitu mudah menyangkal. Bahwa Kamu tak merasa sedikitpun menoreh salah, menoreh luka.
Kamu
juga tak tahu, tak mau tahu, dan kamu
berbodoh diri tak merasa membuat kami menjadi merugi seperti ini..
Salahmu
adalah membuatku
terbius oleh cumbu manis dari kalimat-kalimat yang kamu lontarkan kepadaku. Itu salahmu..
terbius oleh cumbu manis dari kalimat-kalimat yang kamu lontarkan kepadaku. Itu salahmu..
Begitu
juga salahmu kepada yang lain, sama seperti salahmu kepadu.
Mungkin
kau hanya berucap. Tak seharusnya aku menyalahkanmu. Harusnya aku melihat
diriku dulu.
Tapi
aku sudah terlanjur tenggelam dalam candu cintamu!
Aku tau,
bagimu Itu hanya salahku.
Bagimu,
kenapa aku harus mau jadi beban berat yang mudah tenggelam di air?
Mungkin bagimu Tenggelamku bukan urusanmu.
Sudah
jelas ini urusanmu!
Kau
pikir aku ini apa?
Kolam
cintamu itu menarikku bagai pasir hisap!
Bagimu
Jelas itu salah kakiku.
Kenapa
aku mau mendekati kolam kalau sudah tau pasirnya bisa hisapi rasa.
Menyesal?
“Sesali saja”.. ucapmu pasti begitu…
Bagiku,
Jelas ini Memang salahmu, Kau yang pikat aku dan mendorongku ke dalam kolam
pasir cintamu. Dan kau tak merasa bersalah?
Katamu:
“Saling menyalahkan? Saling menyalahkan itu tak ada guna!” Ucapmu tanpa sedikitpun melihat diri, melihat luka-luka
kaki bekas terjerembab di situ, di kolam
pasir yang sengaja kau biarkan menganga.
Bagiku:
permainan katamu itu memang sangat mampu
membuat kaki terjerembab ke kolam pasir
hisapmu.
Kamu bertanya , “mauku apa? meminta balik rasa
yang aku perosokkan sendiri bersama
pasir?”
Lalu
aku bersitegar bertanya kepadamu: “Memangnya
apa yang kamu pahami dari rinduku selama ini???
Kamu
tak pernah paham tentang rinduku.
Terlalu banyak rerinduan yang kamu ciptakan ke berbagai rasa, kamu sampai bingung rindu yang untukku adalah permainan yang mana, yang seperti apa. “
Terlalu banyak rerinduan yang kamu ciptakan ke berbagai rasa, kamu sampai bingung rindu yang untukku adalah permainan yang mana, yang seperti apa. “
Aku tahu,
aku bukan kaki pertama yang terjerembab
di kolam pasir hisapmu yang mematikan itu.
Masih
banyak kaki-kaki yang kau jerembabkan kesitu. Bahkan setelah kaki-ku, atau mungkin ada juga kaki-kaki yang secara besama- sama kamu jerembabkan dikolam pasir itu bersamaan dengan kaki-kaki-ku?
Sungguh
kolam pasirmu memang tak tahu malu, tak mau tahu..
Coba
pikir, pantaskah pasir hisapmu terus
menerus digunakan seperti itu?
Pantaskah
jika kamu terus-menerus mengecewakan
kaki-kaki yang kamu jerembabkan ke pasir
hisapmu yang candu dan mematikan itu?
Kamu
tak punya hati, canduku akan kolam pasirmu
akan berakhir kali ini.
Lalu
Kamu menyudahi rinduku. Rerinduan yang berbuah kekecewaan , rerinduan yang terbuang sia-sia…
No comments:
Post a Comment